Seni tak melulu lukisan di atas kanvas, patung, ataupun design grafis. Seni terapan juga bisa diaplikasikan pada sayur dan buah. Kita sebenarnya seringkali menemukan ukiran sayur dan buah ini di pesta-pesta, tersaji di meja buffet dengan cantiknya. Tak jarang juga kita menggunakannya langsung untuk menghias tumpeng, meski ukiran yang kita gunakan masih sederhana.
Kapan dan asal muasal seni ukir buah dan sayur sangat beragam sejarahnya. Ada yang menyebutkan seni ini berasal dari Cina, sejak Dinasti Tang dynasty (618-906), namun ada juga yang mengatakan baru dimulai jaman Dinasti (960-1279).
Sementara seni ukir buah dan sayur ini ditengarai telah dikenal sejak lama juga di Jepang. Literatur kuliner Jepang menyebut seni ini Mukimono, yang artinya kalau diterjemahkan bebas adalah: meniru bentuk. Meski sudah dikenal sejak dahulu kala, tapi seni ini baru popular pada jaman Edo, abad ke 16.
Di Thailand, seni mengukir buah dan sayur konon lebih lama lagi dikenal, sedikitnya pada abad ke 14, pada Festival Loi Krathong. Di festival ini masyarakat Negara Gajah Putih itu telah memanfaatkan daun pisang dan sayuran untuk menghias. Di abad itu pula, raja King Phra Ruang terkesan dengan ukiran buah salah satu abdinya, dan kemudian menyerukan semua perempuan di kerajaan tersebut untuk belajar seni ukir ini. Kini, seni ukir buah dan sayuran bahkan masuk sebagai kurikulum sekolah menengah di Thailand.
Saat ini, seni mengukir buah dan sayur telah mendunia, termasuk juga di Indonesia. Kita bahkan dengan mudah belajar secara otodidak. Sediakan saja pisau kecil yang tajam dengan ujung kecil lancip. Sediakan buah yang cukup besar untuk ‘kanvas’ kita, dan mulailah mengerat sesuai bentuk yang kita inginkan. Butuh kesabaran memang untuk mempelajari seni ukir yang satu ini. Tapi, kesabaran itu berbuah manis saat kita sudah melihat hasil ukiran kita yang indah dan mempesona. Tertarik untuk belajar seni ini?