Touch Down…
Sampai juga di Cirebon. Rugi kalau langsung masuk kamar untuk istirahat. Ya, namanya juga perjalanan baru 4 jam saja, belum bikin tubuh teriak lah. Tapi kalau jam makan siang begini, yang teriak perut.
Satu hal yang langsung ingin ku konfirmasi: Tahu Gejrot..!
Kenapa?
Begini, di Jakarta, aku selalu menemukan bumbu yang diuleg untuk kuahnya itu selalu terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabe rawit hijau, sedikit garam, dan tentu rebusan air gula jawa. Padahal, dulu sekali lidahku mencecap rasanya itu tanpa bawang putih. Jadi saat masuk ke asal muasal makanan khas ini, hal yang ingin kupastikan adalah soal itu.
Kupesan tahu gejrot pedas. Dan sambil deg-deg serrr aku tunggu tuh pesananku. Hipotesisku: tahu gejrot cirebonan yang otentik adalah tanpa bawang putih.
Tak lama, datang lah secobek kecil tahu gejrot. Ulekan kasar bawang merah dan cabe rawit ‘nampang’ garang di atas tahu kopong. Tak kulihat sedikitpun jejak bawang putih di situ. Untuk memastikan lebih jauh, aku cicip kuahnya yang manis. Hm, tak kutemukan rasa pengar bawang putih. Terbukti sudah.
Untukku, makanan pertama ini memberiku kepastian bahwa bumbu original tahu gejrot di tempat asalnya hanyalah bawang merah saja.
Sekarang tanggal kita, mau menggunakan pakem aslinya, atau modifikasinya. Semua berpulang pada selera.
#pesonacirebon #pesonaindonesia #explorecirebon #langsungenak #ninayusab